Setelah menetap di sini kurang lebih 2 tahun (4 tahun untuk suami saya) akhirnya saya & suami harus meninggalkan papua, biar bagaimanapun banyak kenangan di tempat ini, banyak suka dan duka yang kami lalui di sini. Kami belajar untuk mandiri, bergaul, berorganisasi & tenggang rasa dengan segala macam suku. Di tempat ini pula kami banyak memiliki teman yang sama-sama jauh merantau ke papua. Mungkin karena sesama perantau kami menjadi sangat dekat, saling menolong, dan bekerja sama. Bekerja di PTFI juga merupakan pengalaman yang paling berharga untuk kami.
Tembagapura dalam suka.. Tembagapura dalam duka..
Flashback
Pertama kali saya menginjakkan kaki di Tembagapura sekitar thn 2006, ini merupakan pengalaman yang seru dalam hidup saya. Tembagapura adalah tempat yang sangat kecil & jauh, memerlukan waktu 1,5 jam dari Timika untuk mencapai tempat ini. Jalanan yang berbatu dan terjal, mendaki & menuruni gunung, melewati terowongan bawah tanah, akhirnya tiba di tempat ini. Tembagapura berhawa dingin.
Saya mengira hidup di sini akan berat, pertama kali yang saya ingat hanya rumah di Bandung, keluarga & ortu di Bandung, sedih rasanya berada di tempat asing & terpencil, meninggalkan keluarga nun jauh di sana. Hari-hari pertama saya jalani dengan berat, begitu suami pergi kerja saya sendiri di rumah, tak ada teman, tak ada sanak saudara. Sering saya menitikkan air mata karena teringat keluarga & teman2 di bdg, teringat juga pekerjaan yang saya tinggalkan di bdg, tapi saya harus kuat karena ini adalah suatu ibadah saya kpd suami untuk mendampinginya.
Sampai pada suatu hari di supermarket saya bertemu dengan seseorang yang saya sebut teman pertama saya di sini, namanya Tia (saya memanggilnya mbak tia), dia orang bdg juga & orangnya baik. Dari mbak tialah saya mengenal banyak tempat di Tembagapura dan sekitarnya, saya diperkenalkan kepada teman2 yg lain & sering diundang makan di rumahnya. Mbak tia itu pintar masak & dari dialah saya banyak belajar. Mulai dari sinilah hidup saya di Tembagapura tidak lagi sepi, saya mulai banyak teman sehingga bisa menghilangkan rasa home sick saya.
Beberapa minggu kemudian ada kejadian rusuh di tpra, penduduk lokal demo & byk merusakkan property perusahaan. Keadaan cukup mencekam. Terus terang ini pengalman pertama kami hidup di dalam suasana tdk aman. Sampai akhirnya suami mengevakuasi saya untuk pulang ke bdg sampai keadaan kembali aman.
Beberapa bulan kemudian, keadaan Tembagapura sudah kembali kondusif, saya pun kembali tinggal di Tembagapura. Hari-hari di sini sudah tidak asing lagi, & saya jalani dengan hati yang senang, saya nikmati semua hari di sana. Banyak aktivitas saya lakoni di sana, dari mulai cooking class, english class, pengajian, bazaar, olahraga, dll. Saya pun mengenal sahabat2 baru yang sampai sekarang tetep keep in touch, seperti lina & teh susan.
Waktu terus bergulir, kemudian saya diberi kesempatan untuk bekerja freelance di HRD selama 3 bulan sembari mencari-cari lowongan pekerjaan permanent, akhirnya belum sampai 3 bulan alhamd saya dipercaya & diangkat sebagai employee di QMS (quality management service) PT Freeport Indonesia, perjuangan saya untuk mendapat pekerjaan ini lumayan berat juga, dengan persaingan yang lumayan banyak. Saya tidak mau mensia-siakan kesempatan ini, saya giat bekerja di QMS, di tempat ini saya bertemu dengan teman2 kerja yang juga baik-baik, ada perasaan senang juga rasanya saya kembali bekerja & mendapat uang dari hasil keringat sendiri.
Empat bulan kemudian suami saya resign & memutuskan untuk bekerja di tempat temannya di Timika dengan harapan untuk mencari ilmu & pengalaman baru, alhamd saya masih bisa tetap bekerja dgn pindah ke kantor QMS di LIP Kuala Kencana dengan kebaikan hati dari atasan saya, Mbak Ani & Pak Farel. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, hanya 2 bulan suami kerja di tempat temannya & kami putuskan untuk kembali ke Bandung dulu. Akhirnya saya pun resign dari QMS, sedih juga sih tapi let it flow saja, hidup ini harus dijalani seperti air yang mengalir karena kita tidak tau apa yang akan terjadi nanti. Yang penting kita harus terus berikhtiar kan?
Tgl 26 agustus 08 kami pulang ke Jakarta dengan menggunakan pesawat Airfast, kami diantar ke bandara Moses Kilangin oleh mbak Tia & keluarga dan sahabat kami Adam Wibawa, lucu juga saat pertama datang ke tembagapura saya pertama kenal dengan mbak Tia, ketika terakhir kali di papua pun kami diantar oleh mbak Tia, memang ini sudah diatur oleh Tuhan ya mendapat teman yang sudah saya anggap seperti kakak sendiri. Bandara Moses Kilangin di Timika ini punya wajah baru sekarang, jadi bagus layaknya bandara internasional, lumayan deh jadi sempat merasakan bandara baru ini.
… selamat tinggal papua… biar bagaimanapun kau pernah jadi bagian dari hidup kami.
Filed under: About My Life | Tagged: freeport, kuala kencana, Tembagapura | 12 Comments »